Jadikan Keridhaan Dengan Mengosongkan Hati
''Ridhalah dengan apa yang dibagikan Allah SWT untukmu, niscaya engkau menjadi orang yang paling kaya.'' (HR Turmudzi).Penggalan hadis Rasulullah SAW di atas merupakan bentuk nyata betapa susahnya menumbuhkan rasa qanaah atau merasa cukup.
Hadis itu mengandung maksud orang paling kaya adalah mereka yang qanaah atas apa pun pemberian Allah SWT.
Betapa positif dan bermartabatnya hidup ini bila seseorang selalu merasa ridha dan cukup dengan segala kondisinya.
Dengan qanaah, yang sedikit akan menjadi banyak dan yang banyak akan menjadi berkah.
Kesenangan tidak akan sempurna dan nikmat tidak akan menjadi besar kecuali dengan memutuskan angan-angan memiliki seperti yang dimiliki orang lain.
Memang sebagai pebisnis maupun profesional kita harus bermimpi setinggi langit.
Mimpi hanya akan menjadi harapan apabila disertai usaha yg sungguh-sungguh disertai tawakal kapada-Nya, namun hanya akan menjadi angan-angan apabila didominasi nafsu dan keinginan semata.
Yang terpenting dan bernilai di hadapan Allah adalah apa yang kita kerjakan dan bagaiamana sikap kita menghadapinya, bukan pencapaian mimpi itu sendiri.
Sikap tidak menerima atas apa yang telah dimiliki, hanya akan menguras keterkaitan hati dengan Allah SWT.
Akibatnya, kehidupan yang sebenarnya tidak akan bisa dirasakan.
Allah SWT berjanji kepada orang yang hatinya dipenuhi keridhaan akan memenuhi hatinya dengan kekayaan, rasa aman, penuh dengan cinta, dan tawakkal kepada-Nya.
Sebaliknya, bagi yang tidak ridha, hatinya akan dipenuhi dengan kebencian, kemungkaran, dan sikap durhaka.
Pantaskah sebagai seorang hamba mengaku kekurangan, sementara pada waktu yang sama, kita masih memiliki akal.
Andai kata akal itu dibeli orang atau menukarnya dengan emas dan perak sebesar gunung, kita pasti enggan menerimanya.
Kita memiliki dua mata yang sekiranya dibayar dengan permata sebesar Gunung Uhud, pasti tidak rela.
Saat ini banyak orang enggan mengakui dan menyebut dirinya orang paling kaya.
Kekayaan hanya mereka ukur dengan materi, banyaknya harta, dan pangkat yang tinggi.
Bersyukurlah atas nikmat hidayah Islam, akal, kesehatan, pendengaran, penglihatan, rezeki, keluarga, penutup (aib), dan nikmat lain yang tak terhitung.
Sebab, di antara manusia itu ada yang kufur, hilang akalnya, terampas kesehatannya, dipenjara, dilumpuhkan, atau ditimpakan bencana.
Kini saatnya untuk menyadari bahwa kita sebenarnya adalah orang yang paling kaya. Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki, sehingga hidup lebih bermakna, berkah, serta lebih berarti.
Jadikanlah keridhaan itu dengan mengosongkan hati dari berbagai sangkaan dan membiarkannya hanya untuk Allah SWT.