Friday, February 03, 2006

Tahajjud Penenang Hati

Allah SWT berfirman, ''Dan pada sebagian malam, bershalat Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.'' (QS. Al-Israa': 79).

Firman Allah ini merupakan salah satu dasar anjuran disyariatkannya shalat Tahajud.
Bahkan, shalat Tahajud menduduki posisi kedua setelah shalat wajib.
Seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, ''Shalat yang manakah yang paling utama setelah shalat wajib?''
Rasulullah SAW menjawab, ''Shalat Tahajud!'' (HR Muslim).

Tahajud sendiri artinya bangun dari tidur.

Dengan demikian, shalat Tahajud adalah shalat yang dikerjakan di malam hari dan dilaksanakan setelah tidur terlebih dahulu, walaupun tidurnya hanya sebentar.
Shalat Tahajud yang dilakukan di tengah malam, di mana kebanyakan manusia terlelap dalam tidurnya dan berbagai aktivitas hidup berhenti, serta suasana begitu hening, sunyi, dan tenang, sangat menunjang konsentrasi seseorang yang akan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Di samping kondisi eksternal ini, juga terdapat kondisi internal, yaitu sebuah ketenangan yang dirasakan oleh batin manusia yang melakukan shalat Tahajud.

Ketenangan dan ketenteraman yang diperoleh oleh seseorang yang melakukan shalat Tahajud memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi.

Sebab, dalam shalat Tahajud terdapat dimensi dzikrullah (mengingat Allah).
Ini sebagaimana firman Allah SWT, ''(yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.'' (QS. Ar-Ra'd: 28).
Bila kita ingin mendapatkan rasa tenang dan tenteram, maka berdekat-dekatlah kepada Dia Yang Mahatenang dan Mahatenteram, agar sifat-sifat itu mengimbas kepada kita.

Shalat Tahajud yang dikerjakan dengan ikhlas, selain mendapatkan pahala, juga akan mampu mengurangi beban kejiwaan yang sedang menyelimuti seseorang.

Allah SWT berfirman, ''Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari.'' (QS. Al-Muzammil: 1-2).
Kata berselimut dalam ayat di atas secara kontekstual dapat diartikan dengan orang yang sedang dirundung masalah: kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran, atau ketakutan karena menghadapi berbagai kemungkinan yang menimpanya.
Sebab, ayat tadi turun setelah Rasulullah SAW mulai mendapatkan olok-olok dan ancaman dari kaum Quraisy.

Shalat Tahajud merupakan kebutuhan dalam menghadapi problem kehidupan yang pasti menimpa semua orang.

Rasulullah SAW bersabda, ''Kalian harus mengerjakan shalat malam, sebab itu kebiasaan orang-orang saleh sebelummu, jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, penebus dosa dan kejelekan, serta penangkal penyakit dari badan.'' (HR Tirmidzi).

***
Saat dosa dan masalah selalu bertambah.

Saat lelah, resah dan gelisah mendominasi diri ini…
Masihkah kita begitu angkuh untuk mencurahkan isi hati dan memohon pertolongan-Nya di penghujung malam?
Generasi shalafus shaleh banyak yang mendapat masalah dengan cemohan bahkan siksaan kaumnya, apalagi masalah dengan kehidupan ekonomi dan keluarganya.
Mereka merindukan shalat di penghujung malam sehingga hati mereka menjadi tenteram dan semangat hidup tumbuh kembali.
Masihkah kita mengandalkan tidur yang panjang, yoga, semedi, dan pernafasan tenaga dalam sebagai sandaran untuk menentramkan hati ini?

(Sumber: Republika)